Senin, 29 November 2010

Cintaku Terdiferensialkan oleh Hujan


Banyak yang menangis hari ini! Hingga langitpun turut meneteskan air mata melihat aq meratapi hati yang tercabik. Aku tidak yakin kalau dia dapat membaca isyarat yang ditunjukkan oleh awan hitam yang membawa titik hujan. Hingga hujan berhenti dan langit dihiasi pelangi, dia masih saja mengerjakan pekerjaannya. Tidak pernah bisa membaca isyarat yang kuselipkan.

Kadang aku berpikir bahwa cinta itu bisa dikalkulasikan. Layaknya rumus-rumus dalam buku kalkulus. Jika ditarik pada bidang cartesius, maka garis x dan garis y akan bertemu pada angka nol. Bukankah sekarang kita baru saja memulai?? Aku adalah x yang disapa oleh y hingga memulai takdir dari angka nol.


Kau tau, bahwa hari ini dosenku sedang mengajar tentang deferensial dan integral. Jika saja aku tidak memasukkan cinta kedalamnya, mungkin buku setebal 300 halaman itu sudah aku campakkan ke dalam tong sampah, dan aku langsung kabur dari kelas dengan alasan permisi ke kamar mandi. Aku baru sadar, kalau cintaku ini terdiferensialkan dari pandangan mata menuju hatiku. Jantungku berpacu secepat kuda pacuan yang diperjudikan. Tapi sayangnya, lagu jantung kita sangat berbeda. Degupan jantungku bertanda petaka, degupan jantungnya bertanda senyuman.


Aku sedang mencoba untuk mengenyahkan atom-atom penyusun sebuah cinta. Tiap unsur yang membentuk ikatan molekul diantaranya aku uraikan hingga dia tidak bisa lagi berikatan satu sama lain. Karena yang aku tau, senyawa alamiah bernama cinta itu adalah racun yang mampu mengenyahkan organ-organ tubuhku.


Kemarin aku sedang meracik antibody untuk sebuah virus bernama cinta. Selama seharian penuh aku berada dilaboratorium, meramu berbagai ramuan. Telah aku coba mencampurkan Asam Sulfat yang telah aku encerkan dengan strontium nitrat, dan aku berhasil menciptakan endapan putih yang sama sekali tidak bereaksi dengan virus itu. Ternyata aku gagal. Bahkan Sesuatu yang berharga pada yang hampir aku genggam, ditiup angin begitu saja!


Aku mencoba membagi hatiku menjadi dua bagian. Bagian pertama aku simpan rapi di rak pendingin, agar nantinya bisa aku pakai lagi saat aku membutuhkannya. Sedangkan bagian keduanya, aku bagi menjadi empat. Seperempat pertama untuk keluargaku, seperempat kedua untuk keluargaku, seperempat ketiga untuk sahabatku, dan sepertempat terakhir untukmu. Namun siapa sangka kalau seperempat terakhir harus aku akarkan lagi supaya dia menjadi tidak terhingga. Sehingga benda merah dalam tubuhku kini semakin pekat, oleh darah! Dan oksigen yang masuk kerongga hidungku membaur dengan Hb di sana. Aku bersyukur dia semakin pekat, karena dia bisa membuat organ penting lainnya berdegub dengan cepat saat aku melihat seorang malaikat.


"Aku menagih janjimu. Bukankah dari mulutmu pernah terucap bahwa kita sepasang kekasih yang diciptakan dari surga, dan itu tidak akan pernah berubah, walau roda waktu terus berputar! Aku kembali menagih semuanya".


Hujan malam ini tak berarti apapun jika dibanding dengan hujan kemarin.



2 komentar:

Fahrie mengatakan...

Untung ada cinta...

Unknown mengatakan...

wew, knpa untung??

Posting Komentar

Terima kasih untuk komentar kamu. ☺♥

 

Template by Suck My Lolly - Background Image by TotallySevere.com