Minggu, 18 September 2011

Diam itu Baik, Diam itu Emas, Diam itu Bencana

Rasulullah saw pernah bersabda: Katakanlah sesuatu yang baik atau diam.



Itulah yang diajarkan oleh Nabi kita. Keluarkanlah sesuatu dari mulutmu hal-hal yang baik. Ketika orang mendengarnya maka dia akan tersenyum, bukannya menengang seluruh urat nadinya. Diam adalah lebih baik saat kau merasa ingin memaki seseorang terdekat denganmu karena kesalahannya. Dia lebih baik saat hatimu "terbakar" oleh api amarah. Dan diam masih tetap menjadi pilihan terbaik jika kata-kata baik telah hilang sejenak dari memori ingatanmu.


Ketika mulut sudah kehabisan kosa kata tentang hal-hal bermanfaat, maka lebih baik diam. Atau ada pilihan lain untuk mengenyahkan hal-hal buruk yang ada di relung hati paling dalam. Ambil saya beberapa keping kaset CD atau DVD, yang menceritakan tentang persahabatan, cinta dan keluarga. Negaranya? boleh dari mana saja, Indonesia, Korea, Jepang, Amerika, Inggris, ataupun India. Genrenya? lebih disarankan sesuatu yang bisa mengubah suasana hati,yang lucu, sedih, seram, ataupun yang biasa-biasa saja tidak akan masalah. Intinya bisa membuatmu DIAM. Atau bolehlah merobek selembar halaman buku tulismu untuk menuangkan larva-larva panas dihatimu lalu dibuang di tempat sampah. Maka kamu akan menggurat kata-kata dalam diam. Sampai nantinya kamu membuang kemarahan itu ke tempat sampah (basah dan kering-bisa menjadi pilihanmu), maka mulutmu telah melakukan hal yang baik, yaitu DIAM.


Diam itu Emas


Dulu, saat saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar, saya tidak pernah bisa diam. Lari ke sana ke mari, manjat pohon, main keong, main petak umpet, main karet, main kasti, lomba lari, kejar-kejaran dengan anak orang sambil mengacungkan sebuah sapu ijuk yang notabenenya untuk membersihkan kelas, lari kalau ada tugas piket dan selalu kabur dari rumah saat tidur siang. Oleh karena itu saya tidak pernah mendapatkan emas. Kenapa? Karena saya tidak bisa DIAM!


Kata guru saya, Diam itu emas. Sayapun mencoba untuk tidak berbuat onar sehari saja. Tidak setengah hari. Lebih tepatnya antara satu hingga tiga jam saja. Taubat untuk tidak membuat orang lain jantungan. Taubat untuk tidak membuat orang lain pusing tujuh keliling. Dan taubat untuk mendapatkan emas.

Setelah tiga jam waktu tempuh perjalanan taubat tersebut. ternyata saya baru sadar, bahwa saya dibohongi! Saya tidak mendapatkan apa-apa karena diam. Tidak emas, perak, perunggu,titanium, besi, silikon, boron, kalium permanganat, magnesium, kalsium dan sejenisnya. Tidak ada! Yang saya dapatkan adalah saya tidak bisa berinteraksi dengan siapapun. Duduk di kelas dengan sebuah buku bergambar berjudul ninja hattori yang dibeli oleh emak sehari sebelum aksi taubat. Lalu ke kantin membeli sonboi dan es serut yang di jual di depan kelas. Selebihnya saya bosan!



Diam itu sebenarnya sumber masalah, kalo ada masalah ya ngomong,jgn cuma "diam", gimana kita tau kalo ga di ungkapin,berharap mata berbicara? ga kan. "diam" itu membingungkan!


Diam itu sangat-sangat bermasalah. Ketika emak saya lupa ngasih jajan, saya pernah diam (karena diam itu emas). Yang terjadi adalah saya kelaparan untuk jangka waktu yang telah ditentukan yaitu jam istirahat. ujung-ujungnya adalah perut saya berbunyi dengan keras, dan terpaksa ibu guru yang baik hati membelikan saya semangkuk bakso. Lumayan, kapan lagi bisa ditraktir oleh wali kelas sendiri kalau bukan dalam keadaan lapar.

Akhirnya, setelah merasa bahwa diam itu adalah bencana, esoknya ternyata si emak (berpura-pura) lupa (lagi) ngasih uang jajan. Terpaksalah tangan saya musti menadah di depan muka si emak,


"mak, duet jajan belum dikasih udah dua hari!" nagih sebelum berangkat ke sekolah.

"ooo... bilanglah dari kemarin"

"alamaaaaaak! kirain mamak ingat"


Ternyata diam itu adalah bencana. Ketika sesuatu yang mengganjal diungkapkan, bukankah itu lebih baik daripada hanya menyimpannya di dalam hati. Bukankah menyimpan "kotoran" itu tidak baik bagi kesehatan. Diam akan membuat masalah tidak pernah terselesaikan. Semakin diganjali masalah, semakin didiamkan, maka suatu saat itu akan seperti ledakan bom atom yang pernah menimpa Hiroshima dan Nagasaki. Menyiksa salah satu pihak.


Jadi Diam itu (apakah) baik, emas, atau bencana?

1 komentar:

Ade Oktiviyari mengatakan...

Nyak, nasihat dari Rasulullah kita tercinta sebagaimana yang termaktub dalam kumpulan hadits An-Nawawi adalah berkata baik atau diam. Jadi yang pertama berkata baik dulu, baru kemudian diam. Jadi kalau tidak berkata baik tapi langsung diam, maka diamnya tidak akan menjadi emas, tapi menjadi kuningan. Hehehe...

Posting Komentar

Terima kasih untuk komentar kamu. ☺♥

 

Template by Suck My Lolly - Background Image by TotallySevere.com