Kali ini aku kembali menulis kesakitanku lagi. ya, aku memang seorang pesakitan, yang tak pernah lepas dari sakit. Tidak ada dokter spesialis yang bisa menyembuhkanku. Bahkan obat paling mahalpun, tidak bisa menyembuhkan penyakitku ini.
Aku bertanya padamu, apakah kau pernah melihat orang yang mengidap penyakit jantung?? Tidak ada yang tau bagaimana sakitnya dia. Karna fisiknya mampu menutupi seluruh sakitnya. Tak seorangpun tau apa yang dia rasakan, karena itu tidak bisa diraba, tidak kasat mata.
Begitulah aku sekarang, menjadi seorang pesakitan. Namun sakit yang aku alami bukan penyakit jantung sobat! Sebuah penyakit kejiwaan yang hanya bisa dirasakan oleh beberapa orang saja. Jangan sebut aku gila! Karena aku belum dimasukkan kedalam jeruji besi rumah sakit jiwa. Aku sakit, tapi aku tidak gila! Karena sakit yang aku derita adalah penyakit jiwa dan hati.
Sekarang, hatiku sedang kronis. Setelah dia hancur dan remuk redam karena dihantam oleh sebuah kalimat. Kini dia telah menjadi kepingan-kepingan karena dijatuhi bom. Bom yang memiliki kekuatan yang sama seperti bom di Hiroshima dan Nagasaki 64 tahun lalu. Efeknya sama saja, menimbulkan cacat pada gen-gen yang ada di dalam tubuhmu. Gen yang ada di hatiku tidak mampu lagi mencerna pesan, karena gen tersebut telah rusak dan bergeser.
Penyakit hatiku kembali berdenyut saat aku mendengar kabar dari mulut sahabatku. Kabar yang membuatku hampir saja kehilangan oksigen.
“Dia sudah tidak sendiri lagi sekarang” kalimat itu meluncur begitu saja. Aku hampir kehilangan nafas saat mendengarnya. Rasa dingin menjalar ke seluruh pori-pori kulitku.
“Masih dengan orang yang sama?” pertanyaanku dijawab dengan sekali anggukan. Aku kembali tertegun. Shock, hingga lidahku menjadi kelu. Aku hanya menatap layar laptop di depanku.
“Semalam dia mengganti statusnya. Aku sengaja tidak membangunkanmu karena kau sudah tidur. Tidurmu nyenyak sekali hingga aku tidak tega menyampaikan kabar ini” lanjutnya sambil membolak-balikkan halaman menu.
Aku berusaha tersenyum, tapi hatiku berkata lain. Penyakit lamaku kembali. Hatiku bagai diremas sehingga membuatku kesulitan untuk bernafas. “Biarkan saja dia! Aku sudah tidak peduli lagi dengan dia. Kalau dia kembali bersama orang itupun bukan urusanku”.
Ruangan atas de Vince Beans sangat ramai, tapi aku merasa kalau aku sendiri. Jiwaku hilang ditelan keramaian, seolah aku berada ditempat yang sangat sunyi, sendiri. Sungguh aku tidak pernah mengharapkan ini terjadi, walaupun dalam mimpi, aku tidak pernah membiarkannya. Hanya saja aku sudah terlalu lemah, jiwaku dan juga hatiku tidak mampu lagi menghadapi goncangan apapun. Air mataku berteriak ingin keluar dari pelupuk mataku, tapi aku tidak kan membiarkannya. Tidak untuk kali ini. Tidak juga untuk seterusnya.
Aku membiarkan jiwaku beristirahat di dunia maya. Sedikit obat penawar untuk penyakitku hanyalah dunia maya, dunia dimana aku bisa menjangkau bagian bumi manapun lewat laptopku. Obat penawar yang terus kunaikkan dosisnya hingga membuatku perlahan menghilang. Menghilang dari himpitan sesak dadaku. Menghilang dari kenyataan yang membuatku terpuruk. Menghilang dari kubangan duka yang menderaku.
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih untuk komentar kamu. ☺♥