Surat dari Sang Kekasih
author: Nurul Sinyak Lebay
Sudah lewat dari tengat waktu yang dijanjikan tapi dia belum juga tampak. Dan dia tidak pernah datang. Padahal matahari sudah hampir berada di ufuk barat, namun perempuan itu belum beranjak tadi bangku di bawah pepohonan rindang itu. Taman ini masih kosong, lepas magrib mungkin baru ramai oleh pengunjung yang berusia dibawah dua puluh tahunan. Lampu dan juga bangku yang disusun dan ditata sedemikian rupa membuat tempat ini seperti kembali ke zaman kaphe penjajah di tanoh Aceh, tapi dia tetap menikmatinya. Menikmati semilir angin yang sengaja mempermainkan helaian kain penutup rambutnya.
Siang tadi tanpa sengaja perempuan itu mendapati sepucuk surat dari dalam novelnya. Amplop dan kertas yang sudah menguning, dan tulisan yang mengembang tanpa tau tanggal berapa surat itu ditulis. Bahkan tidak ada sebuah namapun yang terukir dalam kertas itu kecuali nama kekasih.
Wahai kekasihku, ini adalah surat yang ketujuh puluh yang aku tulis dan bisa aku berikan kepadamu, mewakili enampuluhsembilan surat lain yang sampai kini masih terselip di beberapa buku dan novel yang ada di dalam rumahmu, tapi kau tidak pernah tau.
Taukah kau wahai kekasihku, sesungguhnya telah lama aku menyimpan rasa padamu, tapi aku lebih memilih melakoninya sendirian sambil menyelipkan puluhan surat dan memberimu setaman bunga mawar yang dikirim kurir bunga sepanjang hari. Bukankah cinta yang tidak diketahui oleh orang lain, adalah sebuah cinta yang amat dahsyat?? Cinta yang membuatku bagaikan majnun yang selalu mengagumi laila kekasihnya, walaupun Laila berulang kali membuang piring makanan sang majnun hingga dia harus berkali-kali mengantri untuk mendapatkan makanan saat pesta dirumah Laila.
Kau tau, aku tertawa melihatmu kerepotan dengan sebuket mawar yang setiap pagi hadir di depan rumahmu?? Hingga tak ada sudut rumah bahkan kamarmu yang tidak terhiasi oleh vas bunga berisi mawar. Dan setiap dua hari sekali kau harus bersungut mengumpulkan mawar yang layu sebelum akhirnya kau membuat taman dengan seribu satu mawar disana.
Lakon cintaku hanya sampai disini hai pujaanku. Ternyata Maha Pencinta telah menunjukka
nku cinta yang abadi. Goresan diatas kertas ini menjadi pengakhir lakon cintaku di dunia ini. Tapi, aku tetap membawa cinta yang tak seorangpun tau selamanya, dan sang pemilik cinta memelukku dengan cinta-Nya. Bukankah ini indah??
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih untuk komentar kamu. ☺♥