Kamis, 13 Maret 2014

Saat Hanya Bayangan

Mungkin aku sudah gila, karena kau selalu hadir di pelupuk mataku. Jangan tertawa! Aku tahu mataku ini sekarang sudah empat, bertambah dua karena kacamata yang harus terus kupakai agar dunia terlihat jelas.

Apa perlu ke dokter lagi hari ini? Karna kamu yang terus ada di sini. Kamu yang selalu tertangkap kala bola mataku terbuka. Kamu yang akan selalu tampak kemanapun kusapu pandanganku. Kamu yang ada di sana, namun tak bisa kuraih.

Karna kamu hanya bayangan. Banyangan yang terus ada dan menghantuiku. Meski aku telah melangkahkan kakiku ke pelosok bumi Tuhan yang lain. Tapi kamu tetap ada di sana! Bayanganmu, lebih tepatnya.

Ya, kita hanya dibatasi oleh sekat bernama bayangan. Tidak percaya? Coba saja raba aku, apa kamu bisa? Seperti halnya aku yang tidak  bisa menyentuh ragamu, maka kau tak bisa menyentuh tubuhku. Namun kita tetap bertemu pandang, lewat cermin yang memantulkan bayangan masing-masing. Karena kita tidak bisa bertemu langsung tanpa menghapus bayangan. Itulah kita.

Saat hanya bayangan, jangankan meletakkan tangan untuk merasakan dinginnya batas yang ada. Kita sudah membeku akibat selimut rasa ego yang terus tertanam dalam diri masing-masing. Berteguh pada keinginan hati untuk tidak saling menyapa meskipun rindu. Bersumpah tidak akan berjumpa meski hati terus mencari. Begitulah kita, saat hanya bayangan yang nyata dan tampak di pelupuk masing-masing.

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih untuk komentar kamu. ☺♥

 

Template by Suck My Lolly - Background Image by TotallySevere.com