Ini adalah Sambungan dari Cintaku Terdifirensialkan Hujan. Jadi ini adalah part II nya. Nah, kalo mau baca part satunya, klik aja. Jangan sungkan yaaaa... :D
author: Nurul Sinyak Lebay D'easycreative
Lelaki di hadapanku sekarang masih tetap diam. Aku memanggilnya malaikat, karena dia yang menarikku untuk keluar disaat aku terjatuh dalam lubang yang paling dalam. Jika di dinding katedral ada lukisan seorang malaikat, maka malaikatku adalah seperti itu. Bukan aku orang yang tidak taat beragama, dan aku juga tidak suka mencampuradukkan agama. Tapi, jika aku boleh menggambarkan malaikatku maka seperti itulah dia.
Malaikatku tetap diam. Hampir mati aku mendesak dia untuk menjawab, tapi dia memilih diam.
“Bagiku, diam bukan jawaban! Karena orang bisu saya bisa menggunakan seluruh tubuhnya untuk memberi isyarat sebagai jawaban!”
“Aku telah membuatmu membenci cinta. Sama seperti saat kau merobek lembaran kertas bertuliskan namaku! Apa kau masih ingat kalau X+Y=1?”
Aku menengadah menatapnya. Bagaimana aku bisa lupa, X+Y=1! Ya, itu adalah satu paket yang tidak dapat dipisah. Aku adalah x, bersama hatiku y, maka itu akan menjadi sebuah cinta. Aku mengangguk. Dia menatapku kembali.
***
Hujan malam ini tak berarti apapun jika dibanding dengan hujan kemarin. Dan sama seperti kemarin, setelah aku mereaksikan berbagai larutan, aku harus menelan kembali pil pahit berisi kegagalan. Ini bukan kegagalanku yang pertama untuk mengenyahkan virus itu. Ini adalah kegagalan setelah pengorbanan harga diriku.
Kegagalanku untuk memusnah cinta membuatku tahu sesuatu. Bahwa aku harus mengambil hati dari lemari penyimpanan kadaver lagi. Cinta bagiku adalah sebuah penyakit, karena cinta tidak pernah membuatku merasakan kesenangan, kecuali sekejap mata berkedip dan sekarang aku mulai membenci cinta. Aku ingin memusnahkan cinta!
“Maaf jika aku telah melukaimu terlalu banyak. Aku ingin menggantikan angka satu pada persamaan itu, namun aku tidak menyangka bahwa aku harus mengenyahkan variabel y terlebih dahulu”
Itulah kalimat terakhir yang aku dengar hari ini. Saat tetes terakhir larutan potasium klorida yang aku buat tumpah ruah di preparat, saat itulah aku harus melihat malaikat yang mengepakkan sayap untuk terbang.
“Kau tau, bahwa sepertinya aku telah menemukan cintaku. Aku ingin kau mencoba mencari cinta itu juga. Agar kau tidak perlu mengorek lemari kadaver untuk mengambil lagi bagian hati yang kau simpan”
Aku melihat bagian preparat yang ditumpahi potasium klorida itu. Itu ingin melakukan euthanasia, agar aku bisa mematikan hatiku yang terjangkit penyakit cinta. Ternyata dia bereaksi dengan cepat dengan sampel pada preparat.
“Maukah kau ikut denganku?? Telah lama kau berada di ruangan sempit penuh bahan-bahan kimia ini, apa kau tidak bosan?”
Aku berjalan kearahnya sambil melepas masker dan sarung tangan. Apalagi yang aku punya selain ruangan sempit bernama laboratorium ini. Cinta? Dia yang mengajariku cinta adalah orang yang membuatku menjadi gila bereksperimen. Sekarang dia menanyakan apa aku bosan?
“Jawablah cepat, waktuku tidak banyak lagi. Keretaku akan berangkat sebentar lagi, saat panggilan itu datang, mungkin aku tidak akan pernah melihatmu lagi”
Samar-samar aku mendengar suaranya. Hujan ternyata mampu menenggelamkan suaranya. Aku berjalan menuju lemari pendingin penyimpanan kadaver, mengambil bagian hati yang terakhir.
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih untuk komentar kamu. ☺♥