-anonim-
Aku, kamu, mereka, dia dan kita tidak akan munkin bisa menghindari masalah. Semua orang punya masalah masing-masing. Tentu tidak semua masalah itu sama, ada kadarnya. Tergantung apa yang dia kerjakan, dan masalah apa yang dia buat.
Ada banyak masalah di dunia ini. Masalah keluarga, cinta, teman, global warming, korupsi, polusi, pelajaran, tugas belum kelar, dimarahi dosen dan segudang masalah lainnya yang kadang tidak terlalu berat, tapi akan semakin berat jika ditumpuk dalam gudang tanpa diperiksa, bagaimana harus diselesaikan.
JIka kita merasa bahwa masalah kita yang paling besar. Cobalah duduk diam ditengah kerumunan orang lain. kamu akan diam mendengarkan banyak keluh-kesah yang disampaikan oleh mereka. Dari masalah catatan belum selesai sampai masalah harga emas yang mahal. Harga cabe yang mahal hingga yang belum tau gimana caranya ngelamar anak orang. Dari yang kesemsem sama seseorang sampe yang menangis-nangis darah karena diputusin secara sepihak.
Dan ternyata bukan cuma kita aja yang punya beban hidup paling banyak. Masalah kita hanya segelintir masalah tentang kehidupan. Mungkin hanya separuh dari masalah yang ditanggung oleh mereka di luar sana. Tugas yang belum kelar, dimarahi dosen, berantem sama pacar, dimusuhi teman, nggak dikasih uang jajan sama orang tua. Itu adalah masalah kecil yang masih punya penyelesaiannya. Ternyata kita tidak bersyukur dengan asam garam kehidupan yang diberi Tuhan untuk kita.
Kita masih berkeluh kesah dengan cobaan hidup yang segampang menyeduh pop mie, dibandingkan dengan mereka yang telah lulus kuliah tapi belum mendapatkan pekerjaan yang berarti, lalu disuruh naik ke pelaminan tapi belum tau siapa yang hendak dilamar serta gimana cara ngelamar anak orang dengan keadaan nggak ada duit dan penghidupan yang tetap. Lebih parah lagi kalau nggak tau mau ngelamar siapa karena belum ketemu jodoh.
Kita masih berkeluh kesah, padahal ada orang yang hampir bunuh diri karena karena ditinggal tunangannya sesaat menjelang ijab kabul. Atau mereka-mereka yang dibuang begitu saja setelah digunakan seperlunya. Serta mereka yang harus menanggung masalah keluarga yang tidak tau bagaimana penyelesaiannya. Bahkan mereka yang telah menjadi mayat hidup karena jiwanya telah hancur, seperti hancurnya Banda Aceh enam tahun lalu.
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih untuk komentar kamu. ☺♥