Sabtu, 20 Juli 2013

Mianhaeyo, Chingu!



“Min Ki-ah!” teriakan perempuan itu memecahkan suasana pagi. Sementara yang diteriaki masih bergelut dalam selimut tebalnya.

“Ya Min Ki-ah! Palliwa!

“Yaa Ha Kyung-ah!” balasnya tak kalah keras hingga membuat perempuan itu harus menutup telinganya sejenak.

Awalnya Min Ki hanya akan membiarkan perempuan itu terus berteriak seperti biasanya. Tak peduli, karna pada akhirnya tetangganya itu akan keluar dan menunggunya di ruang televisi.

Namun sepertinya tidak berlaku hari ini. Pagi ini, Ha Kyung telah berdiri tegak disamping tempat tidurnya. Sedari tadi badannya diguncang perempuan itu hingga mau tidak mau Min Ki harus mengabaikan mimpinya menjadi juara kelas dan mendapat piagam dari kepala sekolah.

“Ya Min Ki shi, masih tidak mau bangun juga?” tanya Ha Kyung bersiap menarik selimutnya.

Arasseo.. Arasseo! Aku bangun. Puas?” bergegas Min Ki bangkit dan mengambil handuk. Ha Kyung mengikutinya berjalan keluar dari kamarnya. Sesekali dia mencolek bahu Min Ki yang ogah-ogahan sambil tersenyum.

***

“Min Ki-ah, apa kau lihat kasetku?” teriak Ha Kyung dari dalam kamarnya. Min Ki yang asik dengan tugas karangannya terpaksa berpaling pada asal suara tersebut.

Mworago?” balasnya sambil melanjutkan kembali menulis karangannya. Sesekali dia mendengar suara kamar diobrak-abrik Ha Kyung.

“Kasetku. Kaset yang kuperlihatkan padamu kemarin,” jelas Ha Kyung. Min Ki tertegun sesaat. Pikirannya masih mengingat benda yang dimaksud cewek berkepang dua itu.

“Hufh!” Ha Kyung menghela nafas panjang melihat sahabatnya itu akhirnya menggeleng kepala. Dia kembali membuat badai untuk menemukan benda tersebut.

Hampir seminggu setelah kejadian itu Ha Kyung terlihat kusut. Kantung matanya kini mulai terlihat jelas, terlebih lingkaran hitam dibawah matanya makin tampak setelah kejadian hilangnya kaset itu.

Omo…Omo..” ujar Min Ki saat melihat Ha Kyung merebahkan kepalanya di meja kantin.

“Sudah ketemu?” tanyanya sambil menyodorkan jus gingseng merah dekat muka gadis itu.

Aniyo!” jawabnya lemah.

Ha Kyung mengambil jus dengan enggan, namun tidak berapa lama diserahkannya kembali kotak kosong pada Min Ki hingga akhirnya dia kembali tidur di meja sambil menghela nafas panjang.

“Beli saja yang lain” usul Min Ki. Ha Kyung menggeleng.

Waeyo?” delik Min Ki. Perempuan itu terdiam. Min Ki mendekatkan mukanya perlahan pada Ha Kyung. Gadis itu diam saja.

Min Ki merongoh kantung seragam sekolahnya hendak mengeluarkan sesuatu, tapi ditahannya saat melihat Ha Kyung bangkit dari tempat duduknya.

Oediga?”

“Jung Sangsenim sudah masuk. Aku tidak mau bayar denda terlambat,”

***

Chajatta!” pekik riang seorang gadis sambil melambaikan tangannya. Cowok yang ada didepannya merengut manja.

Jja, aku sudah mulai merekam,” lagi-lagi terdengar suara perempuan. Sebelah tangan tampak dilayar monitor menarik jaket cowok di sana.

Annyeong Haseyo, Ha Kyung imnida,” ujarnya sambil melambaikan tangan. Disenggolnya rekan sebelahnya, “Annyeong, Min Ki imnida,” ujarnya perlahan.

Min Ki kembali melihat layar monitor yang menampilkan permainan Mok Jji Bba-nya dengan Ha Kyung yang tertawa saat melihatnya kalah empat kali berturut-turut. Dikeluarkannya minidv dari handycamnya. Kaset yang membuat Ha Kyung kesusahan selama ini.

Ket:
Palliwa : Cepat
Arasseo: Mengerti
Mworago: Kamu bilang apa?
Omo : ya ampun
Aniyo : tidak
Waeyo : apa?
Oediga: mau kemana?
Sangsenim: guru
Chajatta: aku menemukanmu
Jja: ayo
Mok Jji Bba: permainan gunting batu kertas.



this post was posted on my other blog and also join in a FF writer competition by Berani Cerita.

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih untuk komentar kamu. ☺♥

 

Template by Suck My Lolly - Background Image by TotallySevere.com