Minggu, 24 November 2013

Alasan Aku Mencintaimu

Hampir lima tahun aku tetap menempatkanmu dalam hatiku. Meski cerita cinta remaja kita sudah usai, namun entah mengapa rasa tersebut masih betah mendekam dalam hatiku. Sebutlah, saat aku sedang menyeruput kopi dan menikmati jaringan internet gratis sore ini, pertanyaan yang sama berulang lagi untuk kesekian kalinya.

"Kenapa masih suka dia? Ngak habis-habis ya cerita kamu sama dia. Dari SMA lho!" Kata-kata itu meluncur pelan tapi cepat dari mulut sahabat lamaku, Culvah.

Lain lagi saat tengah reuni dan cerita masa-masa masih lari-lari bawa sapu saat Bu Dahlia nyuruh salin tulisan tegak bersambung dulu, tiba-tiba Muhammad nyelutuk dengan yakin dan pasti, "Cie yang tadi jalan sama dia," diiringi cekikikan khasnya sambil pamer senyum ke satu ruangan.

"Masih ya Rul ya sama dia? Awet kalian ya?" Muncul suara yang lain lagi.

Awet banget, sangking awetnya cuma gue yang ngerasa dianya kagak! Ujarku dalam hati.

Ih, please banget! Pengen banget ngomong ke orang-orang alasan aku masih nyimpan semua kenangan jaman putih biru. Waktu muka masih polos-polosnya dari sentuhan make up, waktu lagi rajin-rajinnya nyimak pelajaran eksat, waktu sempat-sempatnya baca komik dalam kelas. Waktu ada satu manusia yang nunggu aku keluar pas bel udah bunyi. Waktu yang lalu.

Alasannya sederhana, karna sampai saat ini hanya dia yang mau menerima aku apa adanya. Aku yang kasak kusuk, aku yang ngak tau apa itu make up, aku yang kalau keluar hanya pakai baju tidur, aku yang kalau jalan-jalan cuma pakai kaos dipadu jins dan sendal jepit, aku yang bisa ngomel saat lagi makan, aku yang lasak, aku yang ngak ada feminimnya sama sekali untuk jadi perempuan.

Itu alasan aku untuk juga menerima dia apa adanya. Meski sekarang dia tidak pernah memandangku, namun aku tetap akan mencintainya.

Walau sudah berkata ikhlas untuk melepas dua tahun lalu, tapi masih juga menyimpan rasa. Meski harus berdarah-darah dalam hati, namun tetap berharap untuk nanti. Tiap saat, tiap detik, maka memori ini hanya akan mengucap satu nama.

Hingga, meski tidak terucap langsung oleh lisan, hati tetap menyebut namanya di Rudhah dan Jabal Rahmah. Saat tangan pertama kali menyentuh ka'bah, di dalam rumah Allah yang Maha Agung, hati menyebut namanya usai doa untuk Ayah, Ibu, dan Adik. Nama yang tidak pernah terucap lisan dan terlupa oleh hati.

Meski hati ini untuk kesekian kalinya tersakiti, tapi dia tetap bisa memaafkan. Itulah alasan aku mencintaimu.

2 komentar:

Saladina tamimi mengatakan...

Haloo apa kabar nih? Lama tak posting ya? hehe :D

Unknown mengatakan...

Hai dina.
Kabar baik. Kamu apa kabar??
Kangen deh sama kamu dan blog kamu.
Iya, aku lagi sibuk sama skripsi ni. Makanya jarang ngeposting tulisan. Aplagi blogwalking.

Gimana sekolah kamu?? :D

Posting Komentar

Terima kasih untuk komentar kamu. ☺♥

 

Template by Suck My Lolly - Background Image by TotallySevere.com