Senin, 13 Januari 2014

Surat (Pos) Cinta

credit: google.com

Mungkin Pak Pos sekarang sudah bosan mengantar suratku. Selalu diantarnya surat itu pada orang yang sama. Berkali-kali mesti musim dan tahun bertambah angka berubah, tapi tetap alamat yang sama tujuan suratku. Sambil menutup mata, surat cinta itu akan tiba dengan sendirinya. Karena Pak Pos sudah hafal lekuk jalan menuju kotak pos tempat surat itu berhenti.

Kurasa, penerima surat juga sudah jenuh membaca puisi cinta yang kukirim setiap hari tanpa lelah. Kadang kisah cinta sebanyak dua lembar kertas bertulis tangan. Kadang hanya sekedar ucapan apa kabar yang ditulis dengan sepenuh hati. Tak jarang hanya selembar kertas dengan gambar muka seorang perempuan tersenyum di sana. Tak pernah berganti, meski peradaban berubah hanya itu yang terus diterimanya.

Saat ini, tak mempan lagi puisi cinta atau kata-kata indah kutulis untuk dia. Karena lagi-lagi tukang pos sudah bosan mengantarnya. Dan dia sudah tidak mau lagi membacanya. Hanya menatap amplop berwarna merah jambu yang diterima langsung dari si pengantar. Tak jarang dicampakkannya begitu saja dalam tong sampah di sampingnya.

Sementara aku tak berhenti menuliskan kegilaanku padanya. Kepalaku makin liar menuliskan ungkapan cinta yang meluap laksana banjir yang melanda negeri ini. Mengungkit namanya dalam tiap alunan suara yang didengar oleh orang banyak. Menuliskan satu nama tak hanya pada selembar kertas atau dinding-dinding kamar yang tak pernah terang terkena cahaya. Dan mengukirnya lantunan kalimat yang keluar pada vena dan arteri agar dia mengalir hingga ke jantung untuk membuatku hidup.

Hanya Tuhan yang tak pernah bosan tak kala kusebut namanya. Meski puluhan kali dalam tiap menit, hingga saat malaikat menulisnya itu menjadi ratusan bahkan puluhribuan, atau mungkin menjadi jutaan kalinya karena aku belum menemukan nama lain yang bisa kudendangkan tiap harinya. 

Mungkin, Pak Pos berdoa pula pada Tuhan agar aku tak datang dengan sepucuk surat yang harus diantarnya pada alamat yang sama berjuta-juta kalinya. Mungkin, dia juga telah berdoa pada Tuhan agar tak harus membaca lagi goresan sepenuh hati yang kutulis untuknya. Tentang cinta, kebahagian, pengorbanan, sakit hati, kesetiaan, dan rasa benci. 

Mungkin...

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih untuk komentar kamu. ☺♥

 

Template by Suck My Lolly - Background Image by TotallySevere.com